SERMON PARHALADO HKI TELUK BAKAU, Selasa 4 Agustus 2020
Photo : Suasana Pesta Penggalangan Dana Pembangunan Gedung Serba Guna (GSG) HKI Teluk Bakau di Punggur, 10 Oktober 2018
SERMON HKI
TELUK BAKAU RESORT BENGKONG ABADI
Thema Minggu IX Set Trinitatis, 09 Agustus 2020 : BEKERJA UNTUK TUHAN
Nats Epistel : Amsal 6:6-11
Nats Evangelium : Kolose 3:22-25
Penyaji / Moderator : Vic. Pdt. R. Panjaitan, S.Th
Peserta Parhalado :
- St. G. Tampubolon
- St. T.P. Hutauruk
- St. A. Aritonang
- St. R. Pasaribu
- CSt. N.Matondang
- Pengantar
Kita terbiasa melakukan apa yang kita cintai, sebaliknya kita begitu sulit mencintai apa yang kita lakukan. Melakukan apa yang kita cintai tentu bukanlah suatu hal yang sulit untuk dilakukan, jika itu menjadi suatu hobby kita maka kita akan senang hati melakukannya. Akan tetapi lebih sering kita kita harus berhadapan dengan sesuatu yang belum tentu kita suka namun mengharuskan kita untuk tetap bekerja. Kita melakukan banyak kegiatan yang mau tidak mau harus kita kerjakan walaupun bertentangan dengan apa yang kita inginkan. Situasi ini yang terkadang menjengkelkan kita, akan tetapi saat kita belajar mencintai setiap pekerjaan, apapun yang kita lakukan tidak akan terasa menjengkelkan lagi karena kita akan menemukan kepuasan dari apa yang kita lakukan itu. Kolose 3:22-25 mengisahkan tentang Rasul Paulus yang bekerja sebagi pelayan Tuhan dengan menulis surat kepada jemaat di Kolose (pada saat Paulus berada dalam penjara sekitar tahun 60 M), agar jemaat terhindar dari pengajaran yang sesat dan diteguhkan dalam pengajaran yang benar menurut Kristus. Dalam suratnya kepada jemaat Kolose, rasul Paulus menunjukkan alasan mengapa kita harus mencintai pekerjaan yang kita lakukan, yakni pemahaman bahwa setiap pekerjaan sebenarnya merupakan suatu bentuk pelayanan kepada Tuhan.
- Isi
Ayat 22 : Paulus memulai nasehatnya dengan seruan hai hamba-hamba taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal. Seruan ini dengan jelas menyatakan bahwa Paulus menghendaki agar para jemaat di Kolose secara khususnya yang pada masa itu memiliki status sebagai seorang budak/hamba dapat menaati tuan mereka yang di dunia ini dalam segala hal. Kata “dalam segala hal” pada ayat 22 ini mengarah kepada segala pekerjaan atau bagian yang diperintahkan oleh tuan mereka kepada budaknya untuk dikerjakan. Jadi kata ini memberi pemahaman agar para budak tersebut menaati tuan mereka dengan melakukan segala pekerjaan atau apa yang diperintahkan oleh tuannya kepada mereka. Paulus kemudian melanjutkan nasihatnya pada ayat 22 dengan seruan ”jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan.” Paulus menyadari bahwa ada kecenderungan pada masa itu di mana seorang budak hanya taat pada perintah tuannya, ketika tuannya berada di dekatnya dan mengawasi pekerjaannya. Mereka menaati tuannya dengan motivasi untuk menyenangkan hati tuannya. Akan tetapi ketika tuannya tidak ada di dekat si budak tersebut, maka belum tentu si budak mau menaati perintah tuannya. Untuk menghindari kecenderungan ini, maka Paulus menasihatkan agar para budak Kristen tersebut menaati tuan mereka di dalam segala hal, dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Kata ”tulus hati” yang terdapat pada ayat ini mengarah kepada suatu sikap yang penuh dengan kejujuran, tidak munafik, murni, sungguh-sungguh. Sedangkan ”takut akan Tuhan” menunjukkan sebuah sikap penghormatan kepada Tuhan.
Apapun pekerjaan kita, baik itu mungkin sebagai seorang pegawai, pelayan, atau mungkin seorang pimpinan, lakukanlah pekerjaan dengan hati yang tulus, jujur, dan tidak munafik, baik ketika ada orang yang mengawasi kita atau tidak. Karena hanya orang-orang yang takut akan Tuhan yang dapat melakukan segala pekerjaan mereka dengan tulus hati.
Ayat 23 : perbuatlah dengan segenap hatimu. Kata “segenap hatimu” memiliki pengertian segenap diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada, segenap jiwa, segenap pikiran, perasaan, kehendak, seluruh hidup. Jadi ketika Paulus mengatakan agar para budak tersebut melakukan segala pekerjaan mereka dengan segenap hati, maka itu berarti Paulus bermaksud agar para budak Kristen tersebut melakukan segala pekerjaan mereka dengan segenap pikiran, perasaan, kehendak, atau dengan kata lain segenap hidup mereka. “Seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”, ini menunjukkan kepada siapa pekerjaan para budak Kristen tersebut ditujukan, atau kepada siapa para budak Kristen tersebut bekerja. Dengan demikian kalimat ini memiliki pengertian agar para budak Kristen tersebut melakukan segala pekerjaan mereka di dunia ini seperti mereka sedang melakukannya atau mempersembahkannya untuk Tuhan. Walaupun saat itu mereka sedang melakukan apa yang diperintahkan oleh tuan mereka di dunia. Oleh karena itu, maka sudah semestinya para budak Kristen tersebut melakukan segala pekerjaan mereka dengan sebaik mungkin.
Kita diingatkan untuk menganggap semua pekerjaan sebagai suatu pelayanan kepada Tuhan. Kita harus bekerja seakan-akan Kristus adalah majikan kita, dengan mengetahui bahwa semua pekerjaan yang diperbuat untuk Tuhan kelak akan mendapat upahnya sebagaimana dikatakan di dalam ayat yang ke-24
Ayat 24 : kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagi upah. Ayat ini menjelaskan alasan dari nasihat pada ayat 23. Apa yang menjadi upah mereka? yaitu di mana Allah telah menyelamatkan mereka dari hukuman kekal, dan memberikan mereka bagian dalam Kerajaan Sorga (Kolose 1:12-13). Bahkan yang lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa orang Kristen akan menerima puji-pujian, kemuliaan, dan kehormatan pada hari Kristus menyatakan diri-Nya (I Petrus 1:7). Padahal pada masa itu, seorang budak merupakan orang yang tidak punya hak atas apapun, termasuk hak untuk menerima upah. Dan oleh sebab itu, para tuan-tuan mereka dapat saja memilih untuk tidak memberikan upah kepada para budaknya, walaupun budak-budaknya telah dengan setia melakukan perintah tuannya.
Sama seperti para budak tersebut, kita adalah orang-orang yang sebenarnya tidak berhak untuk menerima upah dari Allah. Tetapi Allah telah melayakkan kita untuk menerima anugerah dan kasih karunia-Nya kepada kita. Oleh karena itu, marilah kita melakukan segala pekerjaan kita di dalam kehidupan ini dengan segenap hati kita, dengan penuh kesungguhan, sebagaimana kita sedang melakukannya untuk Tuhan, sebagai ungkapan syukur kita kepada-Nya.
Ayat 25 : Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu. Pada masa itu, para budak dianggap sebagai orang yang tidak dapat bertanggung jawab. Karena mereka merupakan orang yang tidak memiliki moral atau jahat, dan seringkali melakukan segala pekerjaannya dengan asal-asalan. Akan tetapi, Paulus mengingatkan kepada para budak Kristen tersebut bahwa mereka sedang melayani Allah melalui apa yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, para budak Kristen tersebut harus melakukan pekerjaan mereka dengan tidak sembarangan dan sesuai dengan keyakinan iman mereka, sebagai bentuk tanggung jawab mereka kepada Kristus yang adalah tuan mereka. Kita juga sedang melayani Kristus yang adalah tuan kita, melalui segala pekerjaan yang kita lakukan. Jadi, walaupun mungkin pekerjaan atau apa yang kita lakukan selama di dunia ini merupakan hal yang biasa saja, sebagai bawahan atau rendah di dalam pandangan manusia, ingatlah bahwa kita sedang melayani Kristus yang adalah tuan kita. Oleh karena itu, janganlah menganggap remeh pekerjaan yang sedang kita lakukan, dan marilah kita melakukannya dengan tidak sembarangan tapi sesuai dengan keyakinan iman kita kepada Allah.
- Refleksi
Manusia adalah homo laboran yang artinya manusia yang bekerja, manusia yang harus menghasilkan karya. Bekerja adalah bagian dari hidup manusia. Pekerjaan apapun yang dipercayakan untuk dikerjakan adalah bagian dari aktualisasi diri manusia, sebagai kesempatan untuk berkarya, hidup menjadi berarti dan dapat menjadi berkat bagi orang lain. Oleh sebab itu pekerjaan apapun yang dipercayakan kepada kita saat ini, perbuatlah dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Bekerja dengan sepenuh hati mengandung makna: bekerja dengan tulus, tanpa paksaan, tanpa pamrih dan tidak cari nama. Orang yang bekerja dengan sepenuh hati selain karena mencintai pekerjaannya juga karena menyadari bahwa Allah menempatkan manusia di dunia untuk bekerja. Firman Tuhan pada minggu ini mengingatkan kita untuk meneladani sosok Paulus yang memberikan teladan baik kepada jemaat Kolose dan juga kepada kita semua, dia berkarya melalui suratnya meneguhkan iman jemaat Kolose kepada Kristus. Dari penjara Paulus mengerjakan pelayanannya dengan segenap hati. Penjara tidak menjadi penghalang baginya dalam memberitakan Injil. Melakukan pekerjaan bukan karena disuruh, bukan supaya dipuji akan tetapi karena Tuhan sudah terlebih dahulu melayani kita.
Ada 3 hal yang perlu kita perhatikan dan renungkan:
- Menjalani kehidupan di dunia ini dengan takut akan Tuhan, sehingga kita dapat melakukan segala pekerjaan kita dengan ketulusan hati
- Melakukan segala pekerjaan kita dengan segenap hati, seperti kita sedang melakukannya untuk Tuhan. Karena Ia akan memberikan upah kepada kita yang sebenarnya tidak layak untuk kita terima.
- Menyadari bahwa kita sedang melayani Tuhan melalui segala apa yang kita kerjakan.
Tidak ada komentar