Renungan Harian, Selasa 8 September 2020 Oleh Pdt. Wahyu M. Sirait, S.Th

Photo : Pdt. Wahyu M. Sirait, S.Th
Thema : AMAN BERSAMA TUHAN

Bacaan Alkitab : Keluaran 12: 29-42
Ayat Renungan : Keluaran 12: 42
“Malam itulah malam berjaga-jaga bagi TUHAN, untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dan itulah juga malam berjaga-jaga bagi semua orang Israel, turun-temurun, untuk kemuliaan TUHAN.”
Dalam budaya Batak Toba, terdapat banyak tradisi yang harus dilakukan. Salah satu tradisi itu disebut “maranggap”. Maranggap dilakukan apabila didalam sebuah kampung ada wanita yang melahirkan anak pertama. Selama tujuh malam para warga sekampung akan tidur sambil kongko-kongko di rumah wanita yang sedang melahirkan. Kegiatan ini dilakukan selama tujuh malam. Pada malam ke tujuh maranggap atau malam terakhir disebut tutup anggap, keluarga yang yang dikarunai anak tersebut akan membuat hajatan kecil-kecilan untuk para paranggap. Mereka akan makan bersama di hari terakhir maranggap. Tutup anggap juga simbol rasa syukur keluarga itu kepada Tuhan karena di karuniai seorang anak.
Hal yang berbeda terjadi dengan orang Mesir di malam orangIsrael keluar dari tanah mereka. Pada malam itu, seluruh keluarga di Mesir berdukacita sebab anak sulung mereka, mulai dari Firaun sampai tawanan Mesir, semuanya mati (Ay.29-30). Ini merupakan tulah sepuluh yang didatangkan Tuhan agar Firaun melepaskan bangsa Israel. Dapat dibayangkan kesedihan dan kepedihan yang menimpa negeri itu. Terutama bagi Firaun, tapi harapan Firaun akan digantkan anak sulungnya, harus pupus karena anak sulungnya telah tiada. Disisi lain saat datangnya tulah ke sepuluh ini orang Israel sedang berjag-jaga dan melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepada Musa yaitu berjaga-jaga, supaya tidak termasuk anak sulung Israel juga mati karena tulah tersebut. Dan ketika bangsa Israel berjaga-jaga tidak didapati seorang pun dari anak sulung bangsa Israel mati. Tradisi berjaga-jaga ini diwariskan turun-temurun kepada generasi bangsa Israel untuk mengingat peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir dan sebagai kemuliaan bagi Tuhan (Ay. 40) yang telah menolong bangsa Israel.
Saudaraku, peristiwa lawatan Tuhan janganlah berlalu begitu saja. Seperti orang batak yang melakukan sebuah tradisi dalam setiap siklus kehidupan, juga orang Israel menjadikan sebuah tradisi turun-temurun setiap kali Tuhan menolong bangsa itu. Demikianlah kita merayakan karya Tuhan dalam keluarga kita masing-masing sebagai tanda bahwa kita mengenal Tuhan dan merasa aman bersama Tuhan.
Doa:
Ya Tuhan, ajari kami selalu supaya mengenang lawatanmu di dalam kehidupan kami sebagai sebuah tradisi tersendiri dalam keluarga kami untuk semakin mengenal KasihMu dalam keluarga kami.
Tidak ada komentar