HKI Tarakan

HKI TELUK BAKAU TERKINI :

ALLAH MENYATAKAN KUASANYA MELALUI BENCANA ALAM, KHOTBAH MINGGU PARTNERSHIP HKI DAN EKK HAMM JERMAN

Photo : Ephorus HKI Pdt. M. P. Hutabarat, S. Th, MM Bersama Perwakilan EKK-HAMM German

KHOTBAH MINGGU PARTNERSHIP HURIA KRISTEN INDONESIA DAN EVANGELISCHER KIRSCHENKREIS HAMM JERMAN

Minggu, 20 September 2020

ALLAH MENYATAKAN KUASANYA MELALUI BENCANA ALAM

LUKAS 17:26-37

Bapak, ibu dan saudara di dalam Kristus !

Di dalam Alkitab, teks-teks bencana seperti kisah air bah di masa Nuh, kehancuran kota-kota Sodom dan Gomora, wabah penyakit sampar dan beberapa kisah lainnya dinarasikan sebagai hukuman Tuhan. Padahal kisah-kisah itu juga berbicara tentang tindakan penyelamatan Allah: bagaimana Nuh dan keluarganya diselamatkan Tuhan Allah dari bencana air bah serta janji Tuhan dengan pelangi bahwa tidak akan membinasakan manusia dan segala mahluk hidup. Bencana Sodom dan Gomora mengungkap penyelamatan Lot dan anak-anaknya. (Lukas 17: 26-37)

Demikian juga bencana di Mesir berhubungan dengan tindakan Allah membebaskan umatNya dari perbudakan di tanah Mesir. Dalam Alkitab, orang beriman merefleksikan bencana dengan penekanan pada ketaatan dan pertobatan kepada Tuhan, sehingga perspektif hukuman Tuhan mengemuka dalam narasinya.

Alkitab tidak berisi kesaksian tentang Allah yang menghukum pendosa, melainkan Allah yang justru mengasihi dan mengampuni, menebus dan menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Kalau Tuhan menghukum pendosa maka sudah lama umat manusia punah dari muka bumi Ini.

Bencana alam bukan hukuman Tuhan, melainkan kejadian normal dalam eksistensi alam. Bumi terus bergerak; lempeng- lempeng antarbenua bersentuhan menimbulkan gempa (dan tsunami). Terjadi erupsi gunung berapi ketika magma yang bergerak dari dalam perut bumi mendesak dan menyemburkan lahar panas, batuan, debu, asap beracun dsb. Dan menimbulkan gempa bumi. Banjir terjadi karena curah hujan berlebihan, karena hutan gundul, karena wilayah resapan air dijadikan pemukiman. Wabah penyakit terjadi karena daya tahan terhadap serangan penyakit menular melemah dalam suatu masyarakat, seperti dalam kasus virus Corona-19 yang sampai sekarang belum ditemukan obat penangkalnya.

Bapak, Ibu dan Saudara di dalam Kristus !

Melalui Iman dan Pengharapan kita dapat merasakan bahwa Allah menyatakan kuasa-Nya melalui bencana yang terjadi melanda dunia ini kita disadarkan dengan:

  1. Misteri pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID19) mencerminkan kerapuhan manusia sebagai ciptaan: bahwa ternyata manusia itu rapuh dan rentan terhadap sakit-penyakit, dapat tertular berbagai jenis virus, termasuk virus Corona (COVID-19). Pesan lain dari pandemi COVID-19 ini ialah ternyata manusia dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pun tidak mampu mengungkapkan misteri berbagai peristiwa yang dialami oleh umat manusia di dunia ini, termasuk secara cepat mengatasi penularan COVID-19.
  2. Di tengah-tengah krisis kemanusiaan karena kerapuhan manusia dan keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, kita tidak boleh lemah dalam iman, sebaliknya kita harus kuat dan tetap berpengharapan. "Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat" (Ibrani 11:3). Dalam iman dan pengharapan itulah, kita menyatukan semua potensi (karunia yang berbeda) menjadi satu kekuatan dalam menghadapi krisis kemanusiaan ini.
  3. Dalam iman dan pengharapan itu jugalah, kita terus memohon kuasa Roh Kudus agar kita diberi hikmat untuk menimbang banyak cara tanpa kehilangan arah. Karena kita tahu bahwa Allah tidak akan membiarkan kita dalam kerapuhan dan kerentanan kita. la adalah Allah Pencipta dan Pemelihara hidup manusia. Itulah sebabnya, la rela memasuki kerapuhan manusia dan menderita dalam penderitaan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk mengalami kerapuhan dan kerentanan kita (bnd. Roma 5:5-11). Hanya Allah yang menderita yang dapat menolong manusia yang menderita.
  4. Kita percaya bahwa Allah kita adalah Allah yang penuh belas kasih. Allah adalah kasih. Allah yang penuh belas kasih itu sedang ikut menderita dan menangis bersama kita di tengah-tengah krisis kemanusianan yang kita hadapi. Itulah dasar pengharapan kita dalam situasi krisis kemanusiaan sekarang ini.
  5. Kita menghargai semua upaya manusia. Namun, kita juga sadar dalam iman bahwa usaha manusia terbatas dalam segala hal. Di satu pihak teknologi membantu manusia, tetapi pada pihak yang lain bisa menghancurkan manusia. Contohnya, kemajuan bioteknologi, di satu pihak dapat membantu kesehatan manusia tetapi di pihak lain dapat menghancurkan kehidupan manusia dengan senjata biologi. Jadi, buatan manusia secanggih apa pun tetap terbatas. Di sinilah letak perbedaan kualitatif antara Allah yang Pencipta dan manusia yang ciptaan Allah, sehingga Allah itu abadi sedangkan manusia fana/terbatas.
  6. Di tengah-tengah ketidakpastian ini, kita tidak boleh kehilangan iman dan pengharapan kepada Allah yang adalah Alfa dan Omega (Yang Awal dan Yang Akhir) sambil memohon kuasa Roh Kudus agar hati dan pikiran kita diterangi dalam mengambil langkah-langkah konkret (refleksi-aksi). Bahkan, dalam iman dan pengharapn itulah, kita terus menerus hidup dalam kasih yang saling menguatkan untuk keluar dari krisis kemanusiaan global tersebut (bnd. 1 Korintus 13:1-13).
  7. Sebagai orang yang percaya pada kuasa Allah yang menyelamatkan, kita perlu menanggapi dan menyikapi krisis kemanusiaan global yang sedang kita alami sekarang ini dengan iman dan pengharapan sehingga kita selalu berpikir dan bertindak secara rasional dan berhikmat. Hidup dalam iman dan pengharapan bersama Allah adalah permulaan hikmat dan pengetahuan orang percaya (bnd. Amsal 1:7).
  8. Dalam terang iman dan pengharapan seperti inilah, kita berbelas kasih yang melampaui batas-batas ikatan primordial suku, bangsa, agama, ideologi, dan status sosial. Implikasi pastoral dari belas kasih seperti ini menegaskan bahwa tindakan-tindakan belas kasih kita yang bersifat karitatif (emergensial) merupakan perwujudan dari rasa syukur dan bukan pamer kebaikan hati kita kepada sesama kita. Dengan kata lain: kepedulian sosial kemanusiaan kita adalah buah-buah dari pertanggungjawaban iman dan pengharapan kita. (bnd. Yakobus 2:14- 26; 1 Yohanes 4:21: Kejadian 1:26-27).
  9. Dalam kasus pandemi COVID-19 ini, tindakan belas kasih kita adalah bentuk nyata pertanggungjawaban iman dan pengharapan kita kepada Allah yang adalah kasih. Salah satu wujud pertanggungjawaban tersebut ialah ikut serta memutuskan rantai penularan virus Corona (COVID-19). Allah adalah kasih, karena itu melakukan langkah konkret mewujudkan kasih, dengan cara memutus rantai penularan COVID-19, kita sudah hidup dalam Allah yang adalah kasih itu. Karena itu, barangsiapa hidup di dalam kasih maka ia hidup di dalam Allah dan Allah hidup di dalam dia (bnd. 1 Yohanes 4:7-21). Yesus berkata: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab paru nabi" (Matius 22:37-40)
  10. Inilah pegangan hidup kita di tengah-tengah krisis kemanusiaan global sekarang ini. Kita harus berakar dalam iman dan pengharapan kepada Allah Kehidupan yang menyelamatkan kita berdasarkan kasih-Nya. Hiduplah dalam iman dan pengharapan sehingga kita dapat bertindak secara rasional dan berhikmat dalam membagi Kasih Penyelamatan Allah yang tak bertepi di tengah situasi krisis global ini. Karena, Allah memang mengasihi semua orang tanpa membedakan identitas keagamaan, kesukubangsaan, dan identitas-identitas politik (bnd.Mazmur 145:9a; Yohanes 3:16). Kita percaya, sesungguhnya Allah Kehidupan itu sedang menderita dan menangis bersama kita. Ia tidak meninggalkan kita. Itulah pokok pengharapan kita. Oleh karena itu, kita pun percaya bahwa Ia yang ikut menderita ini akan mengangkat kita dari "samudra raya pandemi COVID-19" sehingga Corona tidak lagi berkuasa atas hidup kita melainkan kasih Allah yang tak bertepi itulah yang berkuasa atas kehidupan kita setiap hari (bnd.Mazmur 7:20b), karena Dia adalah Alfa dan Omega: Yang Awal dan Yang Akhir (Wahyu 22:12-13)!

Dalam situasi yang mencekam di dunia ini termasuk Indonesia melalui Pandemi Virus Corona, mari kita berefleksi, sudah sejauh mana kita saling menjaga dan saling menolong. Kiranya partnership gereja HKI dan EKK HAMM benar-benar dipakai Tuhan menjadi sentrum kebaikan, menjadi garam dan terang. Menjadi komunitas pendukung dan komunitas penyembuh bagi mereka yang sakit dan menderita.

Tuhan Yesus Kristus Memberkati. Amin

Pematang Siantar, 25 Agustus 2020
Pdt. Manjalo P. Hutabarat, S. Th, MM

Tidak ada komentar